๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น๐Ÿ”น
ANAK kecil ini hebat, namanya Rasyad asal Kuwait, usia 7 tahun,
putera tunggal milyuner Kuwait.
Saat itu ia terbaring di rumah sakit,
23 hari opname tanpa ditemani Abi Uminya yang kebetulan sibuk dengan pekerjaannya.

Hari ke-23,
Abi Uminya datang menjenguk dan meminta maaf karena tak sempat mendampinginya.
Abi Uminya menghiburnya sambil berkata:
"Abi Umi sibuk untuk mempersiapkan masa depanmu sayang."
Abi Uminya menunjukkan foto-foto proyek dan rumah yang tengah dibangunnya
untuk dirinya kelak, di samping rumah yang tengah di tempatinya sekarang.

Anak ini tersenyum dan bertanya:
"Siapa yang bisa menjamin hari esok saya masih hidup Abi & Umiku?
Siapa yang menjamin semua yang Abi Umi miliki saat ini adalah untukku?
Dan apa manfaat semua yang Abi Umi miliki tapi tak ditempati?"



Anak yang baru sekolah di kelas Madrasah lbtida'iyah ini pun akhirnya
menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan senyuman yang betul-betul
"memukul" hati orang tuanya.
Apa yang terjadi pada orang tuanya selepas wafatnya ananda tercintanya
merupakan kisah yang tak kalah mengharukan.

Setelah anak kecil itu dikuburkan, rumah tangga menjadi senyap, sesekali
terdengar isak tangis, tangis kesedihan bercampur penyesalan. Kesedihan
mendalam memang seringkali ditandai dengan diam, walau tak jarang juga
ditandai dengan teriakan umpatan kesedihan atau jeritan duka.

Hari-hari berlalu dengan evaluasi kehidupan pasangan ini. Sayangnya,
evaluasi yang dilakukan bukan didasarkan pada kedewasaan pikir dan kematangan emosi.
Si suami menyalahkan si istri yang ikut-ikutan berkarir sehingga melupakan
tugas utama seorang ibu yang menjadi "taman surga" bagi anaknya.

Si istri menyalahkan suami yang setiap hari bicaranya hanya soal duit, duit
dan duit. Pertengkaranpun memuncak, si suami menjatuhkan talak satu untuknya.
Si istri menjerit dan membanting semua yang ada di sekitarnya, termasuk
foto keluarga yang ada di sampingnya.

Foto itu adalah foto dirinya, suaminya dan anaknya yang sedang tersenyum di
suatu taman yang pernah dikunjunginya.

Foto itu baru saja dipasang satu bulan sebelum Rasyad sang anak masuk rumah
sakit. Foto itu dilemparkan, kacanya pecah berserakan, sebagian mengenai
wajah sang suami. Tak sengaja, di balik foto itu ada tulisan anaknya,
berbunyi:

"Mama Papa, semoga kita bertiga senantiasa menyatu sampai di akhirat kelak."

Suami istri ini akhirnya terdiam, lama saling memandang, akhirnya terlarut
dalam tangisan jiwa yang mendalam.
Merekapun saling mendekat, kemudian saling merangkul. Suaminya berbisik:
"Kita tidak boleh berpisah. Kita harus bersatu selalu, dengan anak kita,
sampai ajal menjemput kelak."

Setelah mereka rujuk, ada perubahan mendasar dalam kehidupan mereka.
Perubahan yang secara tiba-tiba karena suatu peristiwa luar biasa yang
menyentuh diri sehingga menjadi landasan pacu titik balik kehidupan dalam
psikologi disebut dengan epifani.

Konsep kehidupannya yang awalnya adalah Kerja, Kerja dan Kerja
berubah menjadi Ibadah, Ibadah dan Kerja.

Sejak saat itu definisi hidupnya berubah dari "having mood" menjadi "being mood".

Having mood adalah perasaan bangga karena memiliki walau tidak bisa menikmati dan memanfaatkan, 

sementara

being mood adalah merasa bangga dan bersyukur dengan apa yang dijalani walau tak banyak yang dia miliki.

Orang yang punya 10 mobil tapi yang digunakan hanya satu saja dan merasa
nyaman dengan kepemilikan itu padahal tidak digunakannya maka ia terjangkit
penyakit "having mood."
Sementara yang tidak punya mobil, tapi menikmati hari-harinya dengan naik
taksi atau mikrolet maka ia tipe orang bahagia dengan "being mood."
Kita masuk yang mana?

Orang tua Rasyad ini kemudian mewakafkan beberapa rumah dan cottage yang
dimilikinya untuk menjadi madrasah dan pusat kegiatan agama yang diberi
nama:  *Rasyad Foundation*

Semoga menjadi lebih baik & bermanfaat.

Robbana Taqobbal Minna.
Ya Alloh terimalah dari kami (amalan kami), aamiin.

๐Ÿ˜Š❤๐Ÿ‘

Agan lagi membaca artikel tentang Renungan Pagi (7)
alamat artikel ini http://ione13.blogspot.com/2017/02/renungan-pagi-7.html
Agan boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel ini sangat bermanfaat bagi teman-teman agan
namun jangan lupa untuk meletakkan link Renungan Pagi (7) sumbernya.

Artikel Terkait : Intermezzo

No comments:

Post a Comment