SAYYIDAH Khadijah adalah sedikit dari kaum Quraiys yang bisa membaca dan
menulis. Dia pun memiliki seorang sepupu lanjut usia yang merupakan seorang
pendeta ahli kitab. Darinyalah Sayyidah Khadijah mengetahui bahwa telah
datang masa terutusnya nabi akhir zaman. Dan, melihat berbagai macam
pertanda, tahulah Khadijah bahwa Muhammad putra Abdullah adalah calon yang
terutus itu. Ia pun memutuskan untuk melamarnya karena Allah.

Meski pada saat itu manusia mulia yang dikenal kejujuran dan amanahnya itu
adalah seorang laki-laki miskin dan tidak memiliki pekerjaan tetap
sementara Khadijah adalah janda kaya yang dermawan, kebaikannya membuat
semua lelaki Qurays berharap menjadi pendamping hidupnya.

Khadijah sendiri ingin menikah dengan Nabi Muhammad agar ketika datang
waktu terutusnya Nabi Muhammad sebagai seorang rasul, ia yang menjadi
istrinya kala itu akan segera beriman, berjuang dalam agama, dan membantu
Nabi dengan semua yang ia punya. Silakan simak apa yang disampaikan
Khadijah beberapa hari sebelum pernikahan mereka:

“Wahai Muhammad, sungguh demi Allah, Engkau harus tahu bahwa aku ingin
menikah denganmu bukan karena berharap sesuatu. Aku melakukannya karena
kukira Engkau adalah nabi yang akan diutus, rasul yang kedatangannya
ditunggu dan diberitakan oleh para rahib dan pendeta. Dan jika hal itu
benar, aku berharap Engkau tidak menyia-nyiakan perbuatanku, ajaklah aku
kepada Tuhan yang kelak akan mengutusmu itu.”



Nabi Muhammad menjawab, “Aku tidak tahu kebenaran ucapanmu itu, wahai
Khadijah. Namun, demi Allah, jika benar aku menjadi seperti yang kau kira,
aku tentu tidak akan menyia-nyiakanmu sampai kapan pun. Dan jika tidak,
maka Tuhan yang Engkau telah berbuat kebaikan ini karenaNya, pasti tidak
akan pernah menyia-nyiakanmu.”

Sayyidah Khadijah dan Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa salam)menjalin
rumah tangga karena Allah. Karena itulah pernikahan mereka menjadi begitu
berkah, cinta mereka kekal abadi. Sebab ada Allah dalam hubungan cinta
mereka, ada Allah dalam niat pernikahan mereka, ada Allah yang menjadi
landasan setiap keputusan yang mereka buat sebagai suami dan istri. Dan
inilah sumber kekuatan terbesar yang dimiliki manusia. Tak aneh jika
Khadijah bertahan saat ujian pernikahan mereka menghadang.

Tatkala badai datang mengombang-ambingkan biduk pernikahan mereka. Tatkala
kemiskinan menyapa padahal sebelumnya ia adalah wanita kaya raya, tatkala
kelaparan bahkan memaksanya untuk makan rumput berbulan-bulan lamanya
hingga ia merasa giginya menjadi tajam karenanya.

Andai saja kau dengar perbincangan pasangan suami istri itu pada suatu
malam, pada masa-masa tersulit keduanya. Masa ketika Nabi dan seluruh
keluarganya diasingkan kaum Quraiys. Hingga tak ada makanan yang dapat
mereka peroleh kecuali dengan sembunyi-sembunyi. Tidur pun hanya beralas
tikar pelepah kurma, yang tak cukup menghangatkan tubuh di musim dingin.
“Aku merasa malu kepadamu, wahai Khadija,” sang Suami membuka percakapan.

“Mengapa kau merasa begitu, wahai Rasulullah?”

“Sebab aku menikahimu dan Engkau mulia di kaummu, kini mencaci maki dirimu.
Aku menikahimu, dan kau kaya raya, semua yang kau inginkan tersedia. Kini
kau makan ala kadarnya bahkan seringkali harus menahan lapar untuk waktu
yang lama.”

Sang istri memandang wajah suaminya penuh cinta. Mengingatkan bahwa
bahagianya bukan terletak pada gelimang harta atau dianggap mulia di antara
kaum yang tidak mengenal tuhannya. Bahagianya ada bersama dengan sang
tercinta, bahagianya ada pada pengorbanan dalam membela agama. Maka ia pun
menjawab, “Duhai Rasulullah, hilangkanlah segala perasaan itu. Engkau harus
tahu, jangankan sekedar harta, sebab seluruh tenaga, waktu, rasa, hidup dan
matiku telah kupersembahkan untuk Allah dan RasulNya.”

Alangkah indahnya ucapan itu.

Sungguh tulus hati dan jiwanya dalam pembuktian cinta kepada Allah dan
RasulNya, hingga para ahli sejarah menyimpulkan kemuliaan Khadijah dengan
mengatakan:

“Dia adalah seorang istri yang tidak pernah berkata tidak kepada suaminya.
Cinta mereka adalah legenda, perwujudan keabadian cinta dan kesejatian
cinta. Semoga kita dapat meneladani mereka.”

Agan lagi membaca artikel tentang Kisah Pernikahan Khadijah
alamat artikel ini http://ione13.blogspot.com/2017/02/kisah-pernikahan-khadijah.html
Agan boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel ini sangat bermanfaat bagi teman-teman agan
namun jangan lupa untuk meletakkan link Kisah Pernikahan Khadijah sumbernya.

Artikel Terkait : Islam

1 comment:

  1. JM - Casino, Restaurants, Events, Reviews, Tickets - JT
    JT - Casino, Restaurants, Events, 김해 출장샵 Reviews, 서산 출장샵 Tickets - JT - Casino, Restaurants, Events, Reviews, Tickets 대구광역 출장안마 - JT - 논산 출장마사지 Casino, Restaurants,  Rating: 4.3 · ‎127 남양주 출장마사지 votes

    ReplyDelete